Kebijakan Kemendikbudristek saat ini memberikan tiga opsi pilihan kepada satuan pendidikan dalam melaksanakan kurikulum. Sekolah diberi keleluasaan dalam menentukannya. Tiga opsi tersebut adalah Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat dan Kurikulum Prototipe seperti gambar di bawah ini:
Kurikulum Prototipe merupakan kelanjutan arah pengembangan kurikulum sebelumnya yaitu berorientasi holistic, berbasis kompetensi dan kontekstulisasi dan personalisasi. Saat ini kurikulum prototipe menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih oleh sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Seperti yang kita ketahui bersama, pandemic covid-19 telah mengakibatkan terjadinya learning loss pada peserta didik, dengan kata lain telah terjadi kemunduran pada proses akademik peserta didik. Kurikulum prototipe bisa menjadi salah satu opsi yang dapat membantu pemulihan pembelajaran (learning loss) akibat tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh.
Beberapa karakteristik utama kurikulum prototipe yang dapat mendukung pemulihan pembelajaran diantaranya adalah:
- Fokus pada pengembangan karakter
Pada struktur kurikulum prototipe, 20-30 persen jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek, dimana melalui pemberian projek kepada siswa maka akan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning) sehingga pembelajaran berbasis projek ini dapat membantu guru dalam mengembnagkan karakter dan soft skills siswa.
- Fokus pada materi esensial
Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran untuk memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi mendasar seperti literasi dan numerasi secara lebih mendalam.
- Fleksibilitas perencanaan kurikulum sekolah dan penyusunan rencana pembelajaran
Kurikulum prototipe menetapkan tujuan belajar per fase (2-3 tahun) untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah. Kurikulum ini menetapkan jam pelajaran per tahun agar sekolah dapat berinovasi dalam Menyusun kurikulum dan pembelajarannya. Kurikulum prototipe juga memberikan keleluasaan bagi guru dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa serta penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Adapun karakteristik Kurikulum Prototipe untuk masing-masing jenjang adalah sebagai berikut:
- Karakteristik Kurikulum Prototipe Jenjang PAUD
- Kegiatan bermain sebagai proses belajar yang utama
- Penguatan literasi dini dan penanaman karakter melalui kegiatan bermain belajar berbasis buku bacaan anak
- Fase pondasi untuk meningkatkan kesiapan bersekolah
- Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan melalui kegiatan perayaan hari besar dan perayaan tradisi lokal
- Karakteristik Kurikulum Prototipe Jenjang SD
- Penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman holistic
- Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
- Intergrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, matematika, dan IPAS
- Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan
- Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 2x dalam satu tahun ajaran
- Karakteristik Kurikulum Prototipe Jenjang SMP
- Penyesuaian dengan perkembangan teknologi digital, mata pelajaran Informatika menjadi mata pelajaran wajib
- Panduan untuk guru Informatika disiapkan untuk membantu guru-guru pemula, sehingga guru mata pelajaran tidak harus berlatar belakang pendidikan informatika
- Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 3x dalam satu tahun ajaran
- Karakteristik Kurikulum Prototipe Jenjang SMA
- Program peminatan/penjurusan tidak diberlakukan
- Di kelas 10 pelajar menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11. Mata pelajaran yang dipelajari serupa dengan di SMP
- Di kelas 11 dan 12 pelajar mengikuti mata pelajaran dari kelompok Mapel Wajib, dan memilih mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS, Bahasa, dan Keterampilan vokasi sesuai minat, bakat dan aspirasinya
- Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 3x dalam satu tahun ajaran, dan pelajar menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.
- Karakteristik Kurikulum Prototipe Jenjang SMK
- Dunia kerja dapat terlibat dalam pengembangan pembelajaran
- Struktur lebih sederhana dengan dua kelompok mata pelaajran yaitu Umum dan Kejuruan. Persentase kelompok kejuruan meningkat dari 60% ke 70%
- Penerapan pembelajaran berbasis projek dengan mengintegrasikan mata pelajaran terkait
- Praktek Kerja Lapangan (PKL) menjadi mata pelajaran wajib selama 6 bulan (1 semester)
- Pelajar dapat memilih mata pelajaran di luar program keahliannya
- Alokasi waktu khusus projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja untuk peningkatan soft skill (karakter dari duni kerja)
- Karakteristik Kurikulum prototipe Jenjang SLB
- Capain pendidikan khusus dibuat hanya untuk yang memiliki hambatan intelekstual
- Untuk pelajar di SLB yang tidak memiliki hambatan intelektual, capaian pembelajarannya sama dengan sekolah regular yang sederajat, dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum
- Sama dengan pelajar di sekolah regular, pelajar di SLB juga menerapkan pembelajaran berbasis projek untuk menguatkan Pelajar Pancasila dengan mengusung tema yang sama dengan sekolah regular, dengan kedalaman materi dan aktivitas sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pelajar di SLB.
Itulah beberapa informasi mengenai Kurikulum Prototipe, yang pasti satuan pendidikan dapat menentukan menggunakan kurikulum yang paling tepat sesuai dengan kesiapannya.